Blogger Templates

Rabu, 03 Agustus 2011

Kesehatan Reproduksi Remaja

Seksualitas dan kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual
(FCI, 2000).
Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.
Pengaruh informasi global..
merokok,
minum minuman berakohol,
penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang,
Sex bebas
perkelahian antar-remaja atau tawuran (Iskandar, 1997).
kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menyebabkan:
mempercepat usia awal seksual aktif serta
mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi,
Penyebabnyaaa……
kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas
tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
HIV/AIDS
Penularan virus HIV:
Hubungan intim (vaginal, oral ataupun anal) dengan pengidap HIV tanpa menggunakan pengaman (kondom).
Transfusi darah atau organ tubuh dari seseorang yang terinfeksi virus HIV/AIDS.
Jarum suntik atau alat tindik yang terkontaminasi.
Antara ibu dan bayi selama kehamilan bersalin atau menyusui.
Faktor Resiko Penularan
Penularan Dari ibu Kepada Bayinya
(35%)
melalui :
Gejala-gejala HIV/AIDS
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian HIV/AIDS bahwa rata-rata perkembangan infeksi virus HIV menjadi AIDS adalah 2-10 tahun. Pada saat seseorang tersebut tidak menunjukkan gejala apapun dan merasa sehat-sehat saja. Bahkan seseorang tersebut tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi virus HIV.
Setelah 2-10 tahun terinfeksi barulah timbul gejala-gejala infeksi, misalnya infeksi jamur atau timbulnya herpes zoster (cacar ular). Hal ini disebabkan karena jumlah sel T4 seseorang menurun dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum terinfeksi hingga 200 sampai 300 per ml darah setelah terinfeksi.
Upaya Pencegahan HIV/AIDS
Melakukan hubungan dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
Diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya virus paling sedikit 6 bulan setelah hubungan kelamin terakhir yang tidak terlindung, karena pembentukkan antibody mungkin memerlukan waktu paling sedikit 6 bulan setelah terpajan virus HIV.
Menggunakan kondom l apabila terjadi hubungan kelamin dengan orang yang status HIVnya tidak diketahui. Walupun dapat secara bermakna mengurangi resiko penularan HIV, kondom tidak dapat menjamin perlindungan 100% terhadap penularan virus.
Lanjutan. . . .
Tidak melakukan tukar menukar jarum suntik dengan siapapun untuk alasan apapun.
Mencegah infeksi janin atau bayi baru lahir. Apabila wanita hamil positif HIVnya, maka obat-obat atau antibody anti HIV dapat diberikan selama kehamilan dan kepada bayinya setelah lahir. Ibu yang terinfeksi jangan menyusui bayinya.
Serta yang paling penting adalah dengan spiritual. Meningkatkan keimanan diri kepada Tuhan agar tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar